Pameran GEMAS (Gerakan Melek Sejarah) Pangeran Diponegoro di Magelang membius antusias Masyarakat
Pameran GEMAS (Gerakan Melek Sejarah)
Pangeran Diponegoro di Magelang membius antusias Masyarakat
Assalamualaikum
gays, halo semua teman –teman kepowers, wah gak kerasa ya ternyata penulisan
blog kali ini udah masuk yang ke -4 kalinya loh, berarti udah hampir berjalan
sebulan ya, yang pastinya jangan bosen ya buat selalu mantengin tulisanku,
karena dijamin kalian pasti akan aku buat kepo apa aja sih yang akan aku bahas.
Nah kali ini aku mau nulis tentang panggelaran pameran seni di Magelang nih,
yang dilaksanakan tanggal 28-29 maret 2019. Aku jujur aja sih baru kali ini
liat pameran seni kalau enggak karena tugas , wuaduh parah banget sih elu nis..
iya nih jangan ditiru ya gays haha, kalian
harus lebih aktiv agar nantinya gak nyesel. kenapa kok nyesel ? ternyata
pameran yang diselengarakan kemarin keren banget gays, kalian pasti kepo nih
ya, oke langsung aja, ada apa sih di pameran itu ?
Pameran
seni yang bertema”Literasi Sejarah untuk Indonesia Berkarakter” ini di
selenggarakan di Kota Magelang tepatnya di Museum Pengabdian Pangeran
Diponegoro (rumah karisidenan) Jl. Dipoegoro No 1 Magelang, Jawa Tengah.
Rangkaian acara yang di beri judul GEMAS atau ( Gerakan Melek Sejarah) ini
mengusung tokoh pahlawan sejarah yakni Pangeran Diponegoro. Acara ini di adakan
selama 2 hari pada tanggal 28 Maret – 29 Maret 2019. Rangkaian acara tersebut yakni ada pagelaran
teater tari yang berjudul “Aku Diponegoro” yang di selenggarakan malam hari
tanggal 28 maret 2019 pukul 20.00 WIB.
jalan cerita yang mengisahkan tentang bagaimana seorang sosok Pangeran
Diponegoro, pahlawan yang dalam kematian pun tak menyebabkan eksistensinya
menghilang, namanya selalu berkibar meskipun masih terdapat selisih paham,
selisih sejarah, dan selisih interpretasi diantara para sejarahwan maupun
pemerhati. justru banyaknya selisih ini dipakai sebagai modal pembicaraan,
bahwa seorang pahlawan juga tidak lepas dari polemik. Polemik menjadikan
bersinar, penuh daya upaya untuk digali berbagai kemungkinan. Salah satu
polemik penting dan bahkan mungkin utama dalam kisah hidup beliau adalah saat
ditipu,ditangkap,maupun sebagian diantaranya menganggapnya menyerah. peristiwa
ini terjadi tepatnya di gedung karesidenan Kedu ( kini menjadi Meseum
Diponegoro Magelang), pada tanggal 28 Maret 18.30 penangkapan ini di anggap
antiklimaks perjuangan Diponegoro, atau di anggap sebagai akhir Perang Jawa
yang menghabiskan dana yang sangat besar.
adegan saat Pangeran
bersama rakyat yang sedang dijajah
Dengan
menggunakan karangan naskah Landung Simatupang, Koreografer dari Djarot B
Dharsono, serta komposer dari Danis Sugiyanto, teater ini menghasilkan cerita
sejarah yang memukau, dengan menyajikan suasana bagaimana perjalanan seorang
panggeran Diponegoro melawan penjajah, membuat teater malam itu membius para
penonton dengan keapikan para actor. Selain pertunjukan yang menegangkan,
ternyata disela sela saat pertunjukan teater ini juga ada dialog yang
menghibur, karena itulah banyak masyarakat yang berdatangan. Selain itu teater
ini juga memiliki daya tarik lain yakni gratis untuk umum serta mendapatkan
konsumsi makanan.
Teater
yang diselenggarakan oleh Direktorat Sejarah Kemendikbud RI, Paguyuban Tirah
Pangeran Diponegoro (Patria Padi Yogya Gallery) ini dihadiri oleh para tamu
terhormat diantara walikota, wakil dinas pendidikan dan direktur sejarah
kemendikbud,serta Masyarakat dari kalangan anak , remaja hingga orangtua.
Pembukaan acara diawali dengan sambutan bapak Sulistyo yang mewakili bapak Gubernur
Jawa Tengah karena tidak bisa hadir, beliau memberikan isi sambutan mengenai
perjuangan Pangeran Diponegoro. Dan sambutan kedua di isi oleh Direktur sejarah
kemendikbud ibu Triyana Wulandari, beliau menjelaskan bahwa mengharapkan dengan
adanya panggelan GEMAS ini dapat menyadarkan tentang Pangeran Diponegoro
merupakan pahlawan yang sangat berjasa, untuk mengingat jasa beliau banyak
bangunana atau ikon yang di simbolkan untuk penghormatan beliau, diantaranya
ikon Kota Magelang dengan patung Pangeran Diponegoro yang bergirliya yang ditempatkan
di depan alun alun Kota Magelang. Dengan ikon yang telah didirikan, ikon
tersebut menjadi simbol bahwa Kota Magelang merupakan kota yang bersejarah. ibu
Triyana mengharapkan Kota Magelang bisa berkembang menjadi kota yang maju dan
makmur. Sambutan yang ketiga di isi oleh bapak walikota Magelang Sigit Widyonindito,
beliau menyatakan terimakasih atas apresiasi atas pagelaran yang dapat menginspirasi
masyarakat untuk tetap melek dengan sejarah. Kemudian dilanjutkan dengan pemukulan
gong untuk menandai acara telah resmi dibuka. Kemudian sebelum pertunjukan
teater tari dimulai, ada persembahan Tari Gedruk yang merupakan salah satu
kesenian yang berasal dari kota Magelang dan berkembang di sejumlah daerah Jawa
Tengah seperti Yogyakarta dan Semarang. Tarian ini bisa dilihat melalui
hentakan kaki dan kelincahannnya yang menggambarkan raksasa atau Buto dimana
mereka murka karena ulah manusia yang semakin hari semakin merusak alam, bumi
dan ibu pertiwi.
Pementasan Tari
Gedruk
Pementasan Teater Tari
Setelah Teater Tari ,
kemudian dilanjutkan hari esok yaitu Pameran Sastra Rupa BABAD DIPONEGORO. Diantaranya
ada bedah buku “Sisi Lain Diponegoro” , pameran “Lintasan Literasi Sejarah
Nasional” dan nonton bareng (Nobar). Di dalam pameran akan disuguhkan mengenai
sejarah dua pelukis , diantaranya adalah pelukis belanda bernama Nicolas
Pieneman dan pelukis Jawa, Raden Saleh terinspirasi atas kejadian ini.
pembahasan mengenai kedua karya ini telah dilakukan oleh banyak peneliti. dan
selain itu akan disuguhkan 2 lukisan ‘baru’ tentang peristiwa yang sama. Dikatakan
baru karena memang baru saja dikerjakan dalam rangka pameran ini, juga dikarena
memang menambah perbendaharaan citra visual mengenai polemik peristiwa di
Magelang. Setidaknya, 2 lukisan karya Haris Purnomo dan Ronald Manullang
memiliki latar belakang dan konsep yang berbeda dari Pieneman dan Raden Salah.
Kali ini Pameran Sastra
Babad Diponegoro di Magelang, menyajikan 2 lukisan orisnal yang dikerjakan
perupa kontemporer kenamaan Indonesia tersebut. selebihnya ada 47 gambar karya
perupa Indonesia lainya disajikan dalam bentuk reproduksi cetak digital. Hal ini
terjadi karena keterbatasan ruang. Meskipun demikian pameran ini tetap memberi
rangsangan pada semua pihak untuk mengingat sosok Diponegoro berdasarkan kisah
yang telah ditulisnya sendiri.
Penyerahan Buku oleh
Ibu Triyani kepada bapak Sigit
Program ini menjadi
bagian dalam “Gerakan Melek Sejarah”(Gemes) yang diinisiasi oleh Direktorat
Sejarah Kemendikbud RI dan di implementasikan dalam berbagai penyelenggaraan
event bersejarah yang dapat mematik daya apresiasif serta menumbuhkan kesadaran
dan kepedulian terhadap khazanah sejarah bangsa.
Oke teman teman, gimana
? kalau dilihat dari tulisan ku pasti seru banget kan pamerannya ? dan karena itulah
banyak masyarakat yang berdatangan dan terhibur dengan event ini, kok tau nis ?
iya aku kesana buat melihat bagaimana pertunjukan ini digelar. Banyak juga
temen-temenku yang gak tau informasi ini atau gak bisa datang akhirnya nyesel
deh gak nonton teaternya yang keren banget itu. Oke cukup segini dulu ya gays,
sampai ketemu minggu depan dengan tema yang berbeda pastinya. See you..
Wasalamualaikum..
Sumber :
Komentar
Posting Komentar